Mengais Masa Lalu

"Mengais Masa Lalu"
(sebuah musikalisasi puisi karya Dwitasari)

Kamu selalu mengajariku mengais-ngais masa lalu
Memaksaku untuk kembali menyentuh kenangan
Terdampar dalam bayang-bayang yang kau gurat secara sengaja
Seakan-akan sosokmu nyata
Menjelma menjadi pahlawan kesiangan
Yang merusak kebahagiaan

Dalam kenangan
kau seret aku perlahan
Menuju masa yang harusnya aku lupakan
Hingga aku kelelahan
Hingga aku sadar
bahwa aku sedang dipermainkan

Inikah caramu menyakitiku?
Inikah caramu mencabik-cabik perasaanku?
Apa dengan melihat tangisku
itu berarti bahagia buatmu?
Apa dengan menorehkan luka di hatiku
berarti kemenangan bagimu?

Siapa aku di matamu?
Hingga begitu sulit kau melepaskanku dari jeratanmu

Apakah boneka kecilmu ini dilarang untuk bahagia?
 
Apakah wayang yang sering kau mainkan ini dilarang untuk mencari kebebasan?
Mengapa kau selalu perlakukan aku seperti mainan?
Kapan kau ajari aku kebebasan?

Ajari aku caranya melupakan!
Meniadakan segala kecemasan
Meniadakan segala kenangan

Nyatanya derai air mataku
Hanya disebabkan olehmu

Ajari aku caranya melupakan
Sehingga aku lupa caranya menangis
Sehingga aku lupa caranya meratap
Karena aku selalu kenal air mata

Aku hanya ingin tertawa
Sehingga hati aku
mati rasa akan luka

Andai Hari Ini Aku Dimakamkan

Pas nonton Infotainment Award 2013 tadi malem, saya tersentuh dengan pembacaan puisi yang judulnya "Andai Hari Ini Aku Dimakamkan". Saya langsung googling dan kepengen posting puisi itu di blog ini. Puisi ini bisa dijadiin bahan renungan untuk kita semua...

***


"ANDAI HARI INI AKU DIMAKAMKAN"
(Renungan untukku, untukmu dan untuk kita semua)
karya Remy Soetansah

Hari ini ku mati,
Perlahan... Tubuhku ditutup tanah.
Perlahan... Semua pergi meninggalkanku...

Masih terdengar jelas langkah² terakhir mereka,
Aku sendirian, Di tempat gelap yg tak pernah terbayang,
Sendiri, Menunggu pertanyaan malaikat...

Belahan hati, Belahan jiwa pun pergi.
Apa lagi sekedar kawan dekat atau orang lain.
Aku bukan siapa² lagi bagi mereka...

Sanak keluarga menangis, Sangat pedih, Aku pun demikian, Tak kalah sedih...
Tetapi aku tetap sendiri, Disini, menunggu perhitungan.

Menyesal sudah tak mungkin.
Tobat tak lagi dianggap, Dan maaf pun tak bakal didengar, 
Aku benar² harus sendiri...

Ya Allah,, Jika Engkau beri aku 1 lagi kesempatan,
Jika Engkau pinjamkan lagi beberapa hari milikMU, Untuk aku perbaiki diriku,

Aku ingin memohon maaf pada mereka...
Yg selama ini telah merasakan zalimku,
Yg selama ini sengsara karena aku, Tersakiti karena aku...
Aku akan kembalikan jika ada harta kotor ini yg telah kukumpulkan, 
Yg bahkan kumakan,

Yaa Allah Beri lagi aku beberapa hari milik-Mu, Untuk berbakti kepada ayah & ibu tercinta...
Teringat kata² kasar & keras yg menyakitkan hati mereka, 
Maafkan aku ayah & ibu,
mengapa tak kusadari betapa besar kasih sayangmu,

Beri juga ya Allah aku waktu untuk berkumpul dgn keluargaku,
Menyenangkan saudara²ku.. Untuk sungguh² beramal soleh.

Aku sungguh ingin bersujud dihadapan-Mu lebih lama lagi.. 
Begitu menyesal diri ini.
Kesenangan yg pernah kuraih dulu, Tak ada artinya sama sekali...

Mengapa kusia²kan waktu hidup yg hanya sekali itu...?
Andai aku bisa putar ulang waktu itu...

Aku dimakamkan hari ini,

Dan ketika semua menjadi tak termaafkan,
Dan ketika semua menjadi terlambat,
Dan ketika aku harus sendiri...

Untuk waktu yg tak terbayangkan sampai yaumul hisab & dikumpulkan di Padang Masyar…

up